RENUNGAN : Mengerjakan Sholat atau Mendirikan Sholat (?)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
-------------------------------------------------------
Sahabat Fs-Galery yang dirahmati Allah..
Catatan kecil ini saya posting sebagai penjelasan bahwa kita bukan disuruh mengerjakan Sholat, tapi tugas kita adalah mendirikan Sholat!!
Pernah suatu hari saya melakukan aktifitas blogwalking dan kebetulan menemui statement yang mengatakan bahwa kita itu tidak wajib mengerjakan sholat, tapi mendirikan sholat. Ternyata statement ini mendapat tanggapan yang negatif dari sahabat-sahabat, dan ada yang mengatakan "Islam macam apa kamu ini?"
Lha memang benar, di dalam Al-Qur’an Allah tidak pernah menyuruh kita untuk “mengerjakan sholat”, melainkan “mendirikan sholat” (aqiimu sholat). Begitu pula dalam seruan iqomah sebelum sholat, selalu dis...erukan “qodqoomati sholat” yang artinya dirikanlah sholat.
“(Aqiimu sholah )Dirikanlah sholat dan tunaikan zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku” (Q.S. Al-Baqarah : 43)
“(Aqiimu sholah) dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat....” (Q.S. Al-Baqarah : 110)
…(Aqiimu sholah) dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat....” (Q.S. An-Nisaa : 77)
“Pokok segala urusan adalah Islam, yang tiangnya adalah sholat dan atapnya adalah jihad” (Tirmidzi-IX/202)
Intisari perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat (HR Ahmad-V/231,237; HR; Ibn Majah hadist no. 3973)
“Ash-shalatu ‘imaduddin “ = (Sholat itu tiang agama).
(H.R. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Imam al-‘Iraqi menyatakan hadits ini dha’if, Imam as-Sakhowi dalam al-Maqashid mengatakan: hadist ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lemah dari ‘Ikrimah dari Umar secara marfu’)
Oleh karena Shalat adalah tiang dari Islam, maka orang yang mendirikan sholat, tentu berbeda dengan orang yang mengerjakan sholat. Orang yang sekadar mengerjakan sholat, ibarat orang yang membuat tiang bangunan, lantas ia kebingungan mau diapakan tiang tersebut, tiang tersebut tidak berarti apa-apa bagi dia, lalu diletakkan begitu saja. Bila mau difungsikan sebagai tiang, ia harus ditancapkan, jika tidak tegak ditancapkan maka bukanlah tiang namanya. Namun ia tidak tahu akan ditancapkan kemana tiang tersebut, karena ia belum memiliki pondasi.
Gambaran seperti itu adalah orang yang tidak memperoleh manfaat apa-apa dari sholatnya kecuali sekadar rutinitas kewajiban ritual sehari-hari. Sholatnya tidak membawa dampak apa-apa bagi perilaku kehidupannya. Oleh karenanya ia tetap bingung “apa sih manfaat sholat ?” Dia tetap diselimuti pertanyaan “Apa sih pengaruh sholat terhadap kehidupan sehari-hari ?” Orang seperti ini mengerjakan sholat hanya untuk memenuhi kewajiban atau terbebas dari dosa, ibarat orang yang menyetorkan pajak. Sehingga tidak perlu heran jika kita jumpai orang yang rajin sholat tapi masih suka melakukan kemaksiatan, melakukan penipuan, korupsi dan lain-lain.
Sedangkan orang yang mendirikan sholat, ibaratnya orang tersebut tidak hanya selesai membuat sebuah tiang, namun selanjutnya, ia memfungsikan tiang tersebut benar-benar sebagai penopang. Untuk itu ia harus menancapkan tiang itu di atas sesuatu. Dan tiang tersebut harus ditancapkan di atas pondasi yang kokoh, dimana pondasinya dalam hal ini adalah pondasi Islam, yaitu aqidah.
Orang seperti ini, memperoleh manfaat yang besar dari sholatnya, karena sholatnya tersebut berdampak pada perilakunya sehari-hari, seperti digambarkan oleh ayat berikut ini :
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar...”
(Q.S. Al-Ankabuut : 45)
Orang yang mendirikan sholat, tidak hanya dirinya sendiri yang menjadi baik, tetapi juga ia berbuat baik untuk orang lain serta mencegah orang lain dari perbuatan yang mungkar. Sehingga manfaat dari sholat itu juga memancar kepada lingkungannya.
“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (Q.S. Luqman : 17)
Mengapa bisa demikian ? Karena orang yang telah memiliki pemahaman aqidah yang kokoh, maka setiap kata-kata yang diucapkan dalam sholat memiliki makna yang menghunjam ke dalam dadanya. Sedangkan orang yang tidak memiliki pemahaman tentang Islam, mungkin bacaan dalam sholat terasa bagaikan rangkaian mantra-mantra yang wajib diucapkan, namun tidak memiliki arti yang menghunjam ke dalam dada.
Tetapi jangan salah paham. Jangan lantas timbul pikiran bahwa “Kalau begitu saya ingin belajar aqidah dulu, baru saya mau sholat, sebab kalau saya sholat tanpa memiliki pemahaman itu percuma”. Pendapat seperti ini tidak benar, karena jika Anda telah akil baligh, maka Anda dibebani kewajiban sholat. Jika Anda tidak sholat, maka akan berdosa. Jadi, tidak mengapa jika pada awalnya kita melakukan sholat hanya sekadar untuk mengerjakan kewajiban, atau hanya sekadar untuk tidak berdosa. Tetapi bersamaan dengan itu, Anda harus mempelajari Islam, terutamanya dimulai dari aqidah.
Selama Anda belum memahami aqidah, sholat Anda tetap berpahala. Tetapi jika Anda memahami aqidah, sholat Anda tidak saja semakin besar pahalanya, tetapi juga menjadi sebuah motor yang produktif. Karena sholat itu ibarat ikrar dan pengingat kita terhadap konsep-konsep Islam yang kita yakini.
Nah, demikianlah penjelsan saya mengenai perbedaan antar amengerjakan sholat dan mendirikan sholat. Semoga penjelasaan yg singkat ini bermanfaat.
Keywords :
Kewajiban Mendirikan Sholat, Perintah mendirikan Sholat, Dalil tentang Perintah Sholat